Ekonomi
CSIS: Ekonomi Indonesia Dulu Disebut Komodo, Sekarang Berpotensi Menjadi Gecko
Gemericik harapan tetap ada untuk ekonomi Indonesia, yang dulu seperti Komodo, kini goyah seperti Gecko; apa yang akan terjadi di masa depan?

Saat kita meninjau potensi ekonomi Indonesia, kita tidak bisa mengabaikan transformasi tajam dari statusnya yang dahulu dipuja sebagai “Ekonomi Komodo” menjadi kekhawatiran yang muncul tentang “Ekonomi Gecko.” Dengan tingkat pertumbuhan hanya 4,87% di kuartal pertama 2025, jelas bahwa mempertahankan momentum ekonomi yang kuat di atas 5% semakin menjadi tantangan.
Dulunya dipuji karena ketahanan ekonominya, Indonesia kini menghadapi berbagai tekanan yang mengancam stabilitas dan prospek pertumbuhannya.
Kita telah menyaksikan arus keluar modal yang signifikan, dengan penjualan bersih oleh non-residen di pasar saham mencapai Rp 49,56 triliun. Tren ini menandakan menurunnya kepercayaan di kalangan investor asing, yang sebelumnya memandang Indonesia sebagai destinasi investasi utama. Depresiasi rupiah terhadap dolar AS, yang kini melewati Rp 16.800, semakin menambah kekhawatiran ini.
Fluktuasi semacam ini tidak hanya mencerminkan ketidakstabilan tetapi juga menimbulkan pertanyaan tentang kesehatan ekonomi secara keseluruhan, sehingga semakin sulit bagi kita untuk menarik investasi asing yang sangat penting untuk pertumbuhan.
Dengan menganalisis faktor-faktor yang berperan, kita dapat mengidentifikasi tantangan domestik dan internasional yang turut berkontribusi pada pergeseran ini. Perlambatan ekonomi global tidak dapat disangkal telah memberikan bayang-bayang di atas target ambisius Indonesia. Aspirasi pemerintah untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8% dalam 2-3 tahun ke depan tampaknya terlalu optimis, terutama ketika kita pertimbangkan risiko eksternal yang besar.
Penting bagi kita untuk menyadari bahwa meskipun aspirasi diperlukan, mereka harus didasarkan pada realitas ekonomi saat ini yang sedang kita hadapi.
Selain itu, penurunan investasi asing dapat memiliki implikasi jangka panjang bagi ekonomi kita. Pengurangan arus modal dapat menghambat kapasitas kita untuk membiayai proyek infrastruktur penting dan mempengaruhi penciptaan lapangan kerja. Ketahanan ekonomi kita, yang dulunya menjadi ciri khas Ekonomi Komodo, tampaknya sedang diuji dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Kita harus secara kritis menilai bagaimana memulihkan kepercayaan investor dan memastikan bahwa Indonesia tetap menjadi destinasi menarik bagi modal asing.
Dalam lanskap yang kompleks ini, kita perlu mendorong dialog tentang bagaimana meningkatkan kerangka ekonomi kita. Dengan fokus pada kebijakan yang mempromosikan stabilitas, transparansi, dan pertumbuhan, kita dapat bekerja sama untuk membalik tren penurunan investasi asing.
Sangat penting bagi kita semua untuk terlibat dalam diskusi bermakna tentang arah ekonomi kita, mendukung inisiatif yang memprioritaskan pertumbuhan berkelanjutan. Saat kita menjalani fase transisi ini, mari kita tetap waspada dan proaktif dalam mengatasi tantangan yang ada di depan, memastikan bahwa kita membangun Indonesia yang lebih kuat dan lebih tangguh.