military chief supports fishermen s access

Panglima TNI Ingin Membongkar Pagar Laut untuk Memudahkan Akses Nelayan di Tangerang

Beranda ยป Panglima TNI Ingin Membongkar Pagar Laut untuk Memudahkan Akses Nelayan di Tangerang

Kami sedang meneliti secara mendalam rencana komandan TNI untuk membongkar pagar laut sepanjang 30 km di Tangerang. Inisiatif ini bertujuan untuk meningkatkan akses nelayan lokal ke wilayah penangkapan ikan tradisional dan mengatasi tantangan lingkungan yang disebabkan oleh penghalang bambu. Awalnya, operasi ini menghadapi hambatan besar, seperti kondisi cuaca dan struktur tiang yang dalam, yang memperlambat kemajuan. Namun, pembongkaran ini mewakili harapan bagi komunitas lokal, yang telah menghadapi area penangkapan ikan yang terbatas yang mengancam mata pencaharian mereka. Seiring dengan berlangsungnya upaya pemulihan, kita dapat mengharapkan revitalisasi ekosistem laut dan ekonomi lokal. Terus ikuti kami untuk mengungkap implikasi lebih luas dari perubahan signifikan ini.

Tinjauan Pembongkaran Pagar Laut

Dalam beberapa minggu terakhir, kita telah menyaksikan sebuah operasi besar-besaran di Tangerang yang bertujuan untuk membongkar pagar laut sepanjang 30 kilometer yang selama ini menghalangi akses nelayan lokal ke wilayah perikanan yang vital.

Diperintahkan oleh Presiden Prabowo Subianto, inisiatif ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan mata pencaharian nelayan tetapi juga menangani masalah lingkungan yang mendesak. Struktur bambu, yang berdiri setinggi 6 meter dan tertanam dalam tanah 1,5-2 meter, telah menghalangi ekosistem marin alami selama bertahun-tahun, mempengaruhi keanekaragaman hayati dan praktik perikanan lokal.

Operasi ini, yang dimulai pada 18 Januari 2025, melibatkan 600 personel dari TNI Angkatan Laut (TNI AL) bersama anggota komunitas lokal.

Saat kita terlibat dalam proses pembongkaran ini, kita mengakui pentingnya sejarah—menghilangkan penghalang yang telah membentuk lanskap pesisir kita dan mengganggu kegiatan perikanan tradisional. Dengan mengembalikan akses ke perairan ini, kita tidak hanya menghidupkan kembali hak-hak nelayan tetapi juga koneksi kita dengan laut.

TNI Angkatan Laut memastikan bahwa regulasi lingkungan diikuti, menonjolkan komitmen kolektif kita terhadap praktik berkelanjutan.

Seiring kita melanjutkan, penting bagi kita untuk merenungkan keseimbangan antara pengembangan ekonomi dan pengelolaan lingkungan, membuka jalan untuk masa depan di mana keduanya dapat berkembang.

Tantangan Selama Proses Pembongkaran

Banyak tantangan yang muncul selama pembongkaran pagar laut di Tangerang, yang mempersulit upaya kami untuk mengembalikan akses nelayan ke perairan penting.

Awalnya, kami menargetkan 10 hari untuk menyelesaikan tugas ini, namun setelah hanya satu hari, kami baru berhasil menghilangkan 2 kilometer karena kesulitan teknis yang signifikan. Tiang bambu, yang tertanam 1,5 hingga 2 meter dalam dan menjulang 6 meter tinggi, telah menyajikan rintangan serius dalam proses penghapusan kami.

Selain itu, kondisi cuaca buruk, khususnya peningkatan aktivitas gelombang, telah menghambat akses bagi kapal tunda yang lebih besar. Keterbatasan ini memaksa kami untuk mengandalkan kapal nelayan yang lebih kecil dan perahu karet, yang tidak cocok untuk angkat berat.

Menambah kompleksitas kami adalah peraturan lingkungan yang ketat yang harus kami ikuti, yang menentukan bagaimana kami melanjutkan dengan pembongkaran. Pedoman ini, dikombinasikan dengan sumber daya terbatas kami, sayangnya telah memperlambat kemajuan kami.

Terakhir, perairan dangkal mempersulit manuver kami, membuat sulit bagi personel kami untuk beroperasi secara efisien selama operasi pembongkaran ini.

Saat kami mengatasi tantangan ini, kami tetap berkomitmen pada misi kami untuk memastikan bahwa nelayan lokal dapat mengakses kembali area penangkapan ikan yang vital bagi mereka.

Dampak Komunitas dan Respon Nelayan

Banyak di komunitas nelayan lokal telah merasakan dampak mendalam dari pagar laut bambu, yang telah sangat membatasi akses ke wilayah penangkapan ikan tradisional mereka. Penghalang ini, yang membentang sekitar 30 kilometer, telah membahayakan penghidupan nelayan kita dan mengancam kebutuhan sehari-hari kita. Karena kami mengandalkan perikanan untuk stabilitas ekonomi, frustrasi dalam komunitas kami terasa nyata.

Upaya pembongkaran yang dipimpin oleh Angkatan Laut Indonesia (TNI) adalah sinar harapan. Dengan keterlibatan sekitar 600 personel sejak 18 Januari 2025, kami melihat pendekatan kolaboratif yang memperkuat tekad kami.

Komunikasi berkelanjutan antara Kementerian Kelautan dan Perikanan dan asosiasi nelayan lokal semakin memberdayakan kami, memungkinkan suara kami didengar dan pengalaman kami dibagikan. Kemitraan ini tidak hanya bertujuan untuk mengembalikan akses kami ke sumber daya kelautan, tetapi juga menunjukkan komitmen terhadap kesejahteraan komunitas kami.

Seiring dengan pembongkaran pagar laut, kami mengantisipasi untuk mereklamasi praktik penangkapan ikan tradisional kami, yang pasti akan memperbaiki situasi ekonomi kami.

Rasa kolaborasi komunitas menumbuhkan optimisme, mengingatkan kami bahwa perjuangan kami diakui dan bahwa kami memiliki masa depan di mana penghidupan kami dapat berkembang kembali. Bersama-sama, kami dapat merebut kembali warisan kami dan mengamankan tempat kami di perairan yang kami cintai.

Post navigation

Leave a Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *