Connect with us

Sosial

Terkonfirmasi, Hukum Irak Memperbolehkan Gadis Berusia 9 Tahun Menikah, Berikut Reaksi Dunia

Guncangan besar terjadi setelah undang-undang Irak mengizinkan pernikahan anak usia 9 tahun, tetapi bagaimana reaksi dunia dan dampaknya bagi perempuan muda?

iraq law permits child marriage

Undang-undang baru Irak yang memperbolehkan pernikahan untuk gadis-gadis yang berusia serendah 9 tahun telah memicu kemarahan global yang intens. Kami melihat ini sebagai langkah besar mundur untuk hak-hak perempuan, dengan menempatkan gadis-gadis muda dalam risiko komplikasi kesehatan dan membatasi peluang pendidikan mereka. Sementara para pendukung berargumen bahwa ini adalah praktik budaya, kita tidak dapat mengabaikan implikasi berbahaya dari undang-undang tersebut, termasuk peningkatan tingkat kekerasan dalam rumah tangga dan kualitas hidup yang lebih rendah untuk pengantin anak. Protes publik dan advokasi internasional meningkat terhadap keputusan ini, menyoroti seruan mendesak untuk perubahan. Mari kita eksplorasi bersama lapisan masalah ini dan dampak luasnya terhadap masyarakat.

Tinjauan Undang-Undang Baru

Saat kita menggali implikasi dari undang-undang baru yang memperbolehkan gadis-gadis seumur sembilan tahun untuk menikah di Irak, sangat penting untuk memahami konteks dan dampaknya.

Pengurangan usia pernikahan yang signifikan dari 18 menjadi sembilan tahun mencerminkan pergeseran menuju interpretasi prinsip-prinsip Islam, khususnya dari sekolah Jafaari.

Meskipun pendukung berargumen ini adalah langkah untuk menghormati nilai-nilai budaya, kita tidak bisa mengabaikan implikasi yang mengkhawatirkan bagi kesejahteraan anak dan kesetaraan gender.

Dengan peningkatan wewenang yang diberikan kepada pengadilan Islam, ada risiko nyata untuk mengabaikan perlindungan sekuler bagi populasi yang rentan.

Undang-undang ini tidak hanya menimbulkan kekhawatiran etis tetapi juga memicu debat tentang masa depan hak-hak perempuan di Irak, memicu protes dan kecaman internasional.

Proses Legislatif dan Kontroversi

Pengesahan amandemen yang memperbolehkan gadis-gadis berusia sembilan tahun untuk menikah di Irak telah memicu pengawasan intens terhadap proses legislatif di baliknya.

Kita telah menyaksikan kekacauan selama sidang parlemen, dengan tuduhan pelanggaran prosedural, penggabungan undang-undang yang kontroversial, dan kurangnya pemungutan suara yang terbuka. Hal ini menimbulkan pertanyaan signifikan tentang integritas legislatif dan legitimasi keputusan tersebut.

Banyak legislator yang abstain, menimbulkan keraguan tentang kuorum dan transparansi proses secara keseluruhan. Keriuhan publik sangat terasa, dengan aktivis yang menuntut pertanggungjawaban politik atas keputusan yang terburu-buru.

Beberapa anggota parlemen bahkan mengancam akan mengajukan tantangan hukum, menyoroti perpecahan dalam dalam lanskap politik Irak.

Kita harus merenungkan bagaimana proses-proses ini membentuk masa depan dan nilai-nilai kita.

Implikasi untuk Hak-Hak Perempuan

Meskipun banyak yang mungkin melihat amandemen terbaru terhadap Undang-Undang Status Perorangan Irak sebagai penyesuaian hukum biasa, implikasinya terhadap hak-hak perempuan sangat mendalam dan mengkhawatirkan.

Hukum ini mengancam untuk memperdalam ketidaksetaraan gender dan melanggar hak-hak anak, berpotensi memundurkan kemajuan yang telah dicapai selama beberapa dekade.

  • Ini menormalisasi pernikahan anak, meningkatkan risiko kekerasan dalam rumah tangga.
  • Pengantin wanita muda menghadapi kerugian hukum yang signifikan berkaitan dengan perceraian dan hak asuh.
  • Para aktivis memperingatkan ini bisa merusak standar hak asasi manusia internasional.

Saat kita merenungkan perkembangan ini, kita harus mengakui bahwa memperbolehkan gadis berusia semuda 9 tahun untuk menikah bukan hanya masalah hukum; ini adalah ketidakadilan besar yang mengkompromikan otonomi dan masa depan banyak wanita muda.

Kita harus bersatu melawan langkah mundur ini.

Risiko Kesehatan dari Pernikahan Dini

Ketika kita mempertimbangkan risiko kesehatan yang terkait dengan pernikahan dini, kita menemukan kenyataan yang mengkhawatirkan yang secara tidak proporsional mempengaruhi pengantin wanita muda. Gadis-gadis ini menghadapi komplikasi kesehatan yang signifikan selama kehamilan, termasuk preeklampsia dan anemia, yang mengancam nyawa mereka sendiri dan bayi mereka.

Studi menunjukkan bahwa menikah sebelum usia 20 berhubungan dengan tingkat kematian ibu dan bayi yang lebih tinggi, yang diperparah oleh akses terbatas ke layanan kesehatan. Selain itu, tekanan dari pernikahan dini sering kali menyebabkan masalah kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan, karena gadis-gadis muda ini menanggung tanggung jawab yang jauh melampaui usia mereka.

Efek jangka panjang meluas melampaui risiko kesehatan langsung, berkontribusi pada penurunan kualitas hidup bagi wanita yang menikah muda. Sangat penting kita mengakui dan mengatasi konsekuensi yang merusak ini.

Dampak Pendidikan pada Perempuan

Saat kita menyelami dampak pendidikan dari pernikahan dini pada perempuan, kita menemukan kenyataan pahit yang menghambat potensi mereka. Pernikahan dini tidak hanya mempercepat putus sekolah tetapi juga menciptakan hambatan pendidikan yang membatasi peluang masa depan.

Dengan catatan UNICEF bahwa 28% gadis di Irak menikah sebelum berusia 18 tahun, kita melihat tren yang mengkhawatirkan yang diperparah oleh tekanan sosial.

  • Pendidikan memberdayakan gadis, menunda pernikahan dan meningkatkan kesejahteraan.
  • Pernikahan dini menghilangkan kesempatan bagi gadis untuk memperoleh keterampilan dan pengetahuan yang esensial.
  • Strategi pemberdayaan harus mengutamakan agar gadis tetap bersekolah.

Kita harus mengakui bahwa ketika gadis dipaksa menikah dini, kita memperpanjang siklus kemiskinan dan ketergantungan.

Mengatasi masalah-masalah ini sangat penting untuk memupuk masa depan di mana semua gadis dapat berkembang dan berkontribusi bagi masyarakat.

Protes Publik dan Aktivisme

Kami menyaksikan gelombang aktivisme yang kuat di Irak saat para pengunjuk rasa berkumpul menentang undang-undang pernikahan yang mengancam hak-hak gadis muda.

Dengan Koalisi 188 memimpin demonstrasi dan menarik perhatian internasional, kita dapat melihat bagaimana sentimen publik bergeser menuju dialog yang lebih inklusif tentang hak-hak perempuan.

Namun, risiko yang dihadapi aktivis menonjolkan kebutuhan mendesak akan solidaritas dan dukungan untuk melindungi populasi yang rentan dari bahaya pernikahan anak.

Aktivisme Meningkat Melawan Amandemen

Meskipun menghadapi berbagai tantangan, para aktivis di seluruh Irak bersatu menentang amandemen yang diusulkan untuk menurunkan usia pernikahan menjadi hanya 9 tahun.

Dengan kira-kira 500 aktivis hak-hak perempuan yang berunjuk rasa di Tahrir Square, kita menyaksikan mobilisasi akar rumput dan pembangunan koalisi yang kuat melawan pernikahan anak.

Slogan-slogan Koalisi 188 menggema tuntutan kita bersama untuk martabat dan hak-hak.

  • Pernikahan anak melanggar hak asasi manusia yang fundamental.
  • Kekerasan terhadap pengunjuk rasa yang damai hanya memperkuat tekad kita.
  • Kesetaraan gender sangat penting untuk masyarakat yang adil.

Seiring organisasi seperti Amnesty International yang angkat bicara, kita harus terus berdiri bersama dengan kuat.

Gerakan ini bukan hanya tentang legislasi; ini tentang melindungi masa depan kita dan memastikan setiap anak dapat tumbuh bebas dari penindasan.

Strategi Protes dan Dampaknya

Protes terhadap usulan amandemen untuk menurunkan usia pernikahan lebih dari sekadar reaksi; mereka mewakili gerakan kuat untuk perubahan di Irak.

Kami menyaksikan sekitar 500 aktivis hak-hak perempuan berkumpul di Tahrir Square, menggunakan taktik protes yang efektif seperti slogan dan pertemuan publik untuk memperkuat suara mereka.

Koalisi 188 memimpin upaya tersebut, melibatkan masyarakat di berbagai kota untuk memerangi pernikahan anak dan mendukung hak-hak perempuan.

Meskipun menghadapi kekerasan dari kelompok-kelompok garis keras, para pengunjuk rasa menunjukkan ketahanan yang luar biasa.

Upaya mereka menyoroti kebutuhan mendesak untuk keterlibatan masyarakat dalam diskusi legislatif, terutama mengenai populasi yang rentan.

Gerakan ini tidak hanya bertujuan untuk melindungi hak-hak anak tetapi juga mendorong permintaan yang lebih luas untuk kesetaraan gender, menyalakan harapan untuk Irak yang lebih adil.

Solidaritas dan Dukungan Internasional

Seiring dengan meningkatnya protes terhadap pernikahan anak di Irak, penting untuk mengakui peran solidaritas internasional dan dukungan dalam memperkuat suara-suara ini.

Kami bersatu dengan aktivis yang menuntut keadilan dan perlindungan hak-hak anak. Kemitraan global dan gerakan solidaritas sangat penting dalam menantang hukum yang menindas ini.

  • Kita harus membagikan cerita dan memperkuat suara aktivis Irak.
  • Mari kita mobilisasi dukungan melalui kampanye media sosial untuk meningkatkan kesadaran secara global.
  • Kita dapat mendesak organisasi internasional untuk memberi tekanan kepada pemerintah Irak untuk berubah.

Reaksi Internasional dan Advokasi

Meskipun banyak dari kita yang mendukung hak-hak anak secara global, undang-undang pernikahan baru di Irak telah memicu kemarahan di antara organisasi-organisasi hak asasi manusia internasional dan para aktivis.

Grup seperti Amnesty International memperingatkan bahwa undang-undang ini dapat menormalisasi pernikahan anak, yang sangat menggugat upaya perlindungan anak. Para aktivis menekankan bahwa ini bertentangan dengan standar global yang bertujuan untuk menghapus pernikahan anak pada tahun 2030.

Protes publik di Irak, yang didukung oleh berbagai organisasi masyarakat sipil, menunjukkan kekhawatiran luas tentang dampak bagi kesejahteraan anak dan kesetaraan gender.

Komunitas global menyerukan tindakan mendesak, mendesak tekanan internasional untuk melindungi populasi yang rentan dari eksploitasi.

Perbandingan dengan undang-undang serupa di negara lain menyoroti kebutuhan kerangka hukum yang kuat untuk melindungi hak-hak anak dan mempromosikan kesetaraan gender di seluruh dunia.

Konteks Agama dan Dukungan

Kekhawatiran tentang hak-hak anak di Irak membawa kita untuk menelaah konteks agama yang mengelilingi undang-undang pernikahan baru yang memungkinkan gadis-gadis seusia 9 tahun untuk menikah. Undang-undang ini, yang berakar dari pemikiran sekolah Jafaari, menonjolkan peran signifikan pembenaran agama dalam membentuk hukum keluarga.

Faksi-faksi Syiah konservatif mendukung amandemen ini, menunjukkan implikasi kultural yang terjalin dengan dinamika politik.

  • Otoritas agama mempengaruhi urusan sipil, memicu kekhawatiran tentang perlindungan sekuler.
  • Hukum ini sejalan dengan nilai-nilai Islam, mencerminkan keinginan untuk identitas budaya.
  • Para kritikus memperingatkan tentang pengikisan hak-hak anak, menekankan perlunya keseimbangan.

Saat kita menavigasi kerumitan ini, kita harus mempertanyakan bagaimana hukum seperti ini mempengaruhi masa depan kebebasan dan kesetaraan di Irak.

Pertimbangan dan Tantangan Masa Depan

Saat kita mempertimbangkan implikasi dari undang-undang baru ini, kita harus mengakui tantangan hukum yang akan dihadapi oleh mereka yang berjuang melawan pernikahan anak di Irak.

Upaya advokasi global akan memainkan peran krusial dalam menekan otoritas lokal untuk mempertimbangkan kembali amandemen ini dan mematuhi standar hak asasi manusia internasional.

Bersama-sama, kita dapat menguatkan suara mereka yang terdampak dan bekerja menuju masa depan di mana para gadis bebas memilih jalur mereka sendiri.

Tantangan Hukum ke Depan

Mengingat sifat kontroversial dari undang-undang pernikahan baru Irak, kita dapat mengharapkan tantangan hukum yang signifikan ke depan. Aktivis dan anggota parlemen oposisi berpendapat bahwa amandemen ini melanggar hak-hak yang ada di bawah Hukum Status Pribadi tahun 1959. Potensi untuk preseden hukum sangat besar, karena organisasi hak asasi manusia seperti Amnesty International mungkin mengejar jalur internasional untuk menentang legalitas pernikahan anak.

  • Protes publik dapat meningkatkan tekanan pada pembuat undang-undang.
  • Banding hukum mungkin meneliti proses parlementer di balik amandemen tersebut.
  • Ketegangan politik yang berkelanjutan mungkin mempersulit respons legislatif.

Implikasi budaya ini tidak hanya mempengaruhi hak-hak individu tetapi juga menantang kerangka kerja yang lebih luas dari hukum keluarga Irak. Seiring kita maju, hasil dari tantangan ini akan membentuk masa depan dan kebebasan banyak orang di Irak.

Upaya Advokasi Global

Meskipun kami mengakui kompleksitas budaya seputar pernikahan di Irak, upaya advokasi global terhadap undang-undang pernikahan baru ini semakin mendapatkan momentum. Organisasi seperti Amnesty International memimpin kampanye global, mendesak tindakan segera untuk memerangi pernikahan anak dan melindungi hak-hak perempuan.

Target PBB untuk menghapus pernikahan anak pada tahun 2030 menekankan urgensi bagi Irak untuk selaras dengan standar hak asasi manusia internasional. Para aktivis menggunakan strategi advokasi yang inovatif, dari kampanye media sosial hingga protes akar rumput, untuk meningkatkan kesadaran dan memobilisasi opini publik.

Selain itu, kerjasama antar kelompok hak asasi manusia sangat penting untuk memantau dampak undang-undang tersebut dan mendorong reformasi. Kita juga harus mempertimbangkan pendekatan yang sensitif terhadap budaya yang memberdayakan perempuan dan mempromosikan kesetaraan gender, memastikan hak setiap anak untuk masa depan yang aman dan adil.

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Sosial

Panduan Lengkap Menukar Uang Baru untuk Merayakan Idul Fitri 2025

Ingin membuat perayaan Idul Fitri Anda lebih berarti? Temukan tips esensial untuk bertukar uang baru yang akan meningkatkan semangat festif Anda!

complete guide currency exchange

Saat kita mendekati Idul Fitri 2025, banyak dari kita sudah mempertimbangkan bagaimana membuat perayaan kita menjadi spesial, dan salah satu caranya adalah dengan bertukar uang baru untuk kesempatan tersebut. Tradisi ini tidak hanya meningkatkan semangat perayaan tetapi juga memiliki nilai budaya dan emosional yang signifikan. Praktik memberikan uang baru, terutama dalam bentuk hadiah tunai, melambangkan awal yang baru dan kemakmuran, menjadikannya elemen kunci dalam perayaan Idul Fitri kita.

Ketika kita memikirkan pertukaran uang untuk Idul Fitri, sangat penting untuk merencanakan dengan efektif. Kita harus mulai dengan mengidentifikasi sumber yang dapat diandalkan untuk mendapatkan uang kertas baru. Banyak bank menawarkan layanan khusus selama bulan Ramadan, di mana mereka menyiapkan uang baru khusus untuk Idul Fitri. Kita perlu bertindak lebih awal untuk memastikan kita memiliki akses ke dana tersebut, karena permintaan bisa tinggi dan pasokan mungkin menipis saat hari raya mendekat. Dengan merencanakan lebih awal, kita dapat menghindari kerumunan di menit-menit terakhir yang sering kali menyebabkan kekecewaan.

Selanjutnya, mempertimbangkan denominasi yang ingin kita tukarkan adalah krusial. Berbagai denominasi yang lebih kecil dapat lebih nyaman untuk memberikan hadiah, memungkinkan kita untuk menyebarkan harapan baik kita ke lebih banyak orang. Baik itu keluarga, teman, atau mereka yang membutuhkan, pemberian yang dipikirkan dengan baik dapat secara signifikan meningkatkan hubungan kita dan memperkuat ikatan komunitas selama waktu perayaan ini.

Aspek lain yang harus kita pertimbangkan adalah signifikansi dari pertukaran uang itu sendiri. Dalam banyak budaya, memberikan uang baru adalah gestur niat baik dan berkah. Kita tidak hanya memberikan uang tunai; kita berbagi harapan kita untuk kemakmuran dan kebahagiaan di tahun yang akan datang. Perspektif ini meningkatkan pemahaman kita tentang tindakan tersebut, mengubahnya menjadi ritual yang bermakna yang memperdalam hubungan kita.

Selain itu, kita juga harus menyadari implikasi etis dari pertukaran uang. Penting untuk mendekati praktik ini dengan rasa tanggung jawab. Kita dapat menggunakan kesempatan ini untuk memberi kembali kepada komunitas kita, mendukung mereka yang mungkin sedang kesulitan. Dengan memasukkan kontribusi amal dalam perayaan Idul Fitri kita, kita dapat memperkenalkan semangat kemurahan hati yang melampaui aspek material dari hari raya tersebut.

Continue Reading

Sosial

Partisipasi Aktif Masyarakat dalam Memantau Distribusi Bahan Bakar

Kekuatan transformasional dari partisipasi aktif masyarakat dalam memantau distribusi bahan bakar menjamin akuntabilitas dan transparansi, tetapi apa yang terjadi ketika warga mengambil alih kendali?

community monitoring fuel distribution

Partisipasi aktif masyarakat dalam distribusi bahan bakar sangat penting, terutama karena kita tahu bahwa sumber daya pemerintah bisa terbatas. Sebagai warga, kita memiliki tanggung jawab bersama untuk memastikan bahwa bahan bakar bersubsidi dialokasikan secara adil dan efisien. Dengan hanya sejumlah kecil personel dari BPH Migas yang mengawasi proses vital ini, kita harus meningkatkan upaya kita dalam pengawasan komunitas. Bersama-sama, kita dapat membantu mengidentifikasi penyalahgunaan, seperti truk minyak sawit yang mengisi bahan bakar bersubsidi yang dimaksudkan untuk publik.

Dengan terlibat aktif dalam pemantauan distribusi bahan bakar, kita memberdayakan diri kita dan tetangga kita. Mekanisme pelaporan yang tersedia, seperti helpline (0812-3000-0136), memungkinkan kita untuk mengkomunikasikan ketidaksesuaian secara rahasia melalui WhatsApp. Pendekatan inovatif ini mendorong kita semua untuk melaporkan aktivitas mencurigakan tanpa takut terpapar. Ketika kita bekerja bersama, kita menciptakan jaringan akuntabilitas yang kuat yang menguntungkan semua orang di komunitas kita.

Keterlibatan kita melengkapi alokasi pemerintah sebesar 17 juta kiloliter untuk JBT (Solar) dan 32,5 juta kiloliter untuk JBKP (Pertalite). Terserah kita untuk memastikan bahwa sumber daya ini dipantau dan dimanfaatkan secara efektif. Dengan mengawasi pengisian bahan bakar yang tidak biasa atau ketidaksesuaian lainnya, kita membantu menjaga integritas sistem distribusi. Pengamatan kita memainkan peran kritis dalam memperkuat kerangka kerja yang ditetapkan oleh BPH Migas, meningkatkan transparansi dan tanggung jawab.

Selain itu, inisiatif seperti program barcode MyPertamina menunjukkan bagaimana pengawasan komunitas dapat berdampak signifikan pada penggunaan bahan bakar. Program ini tidak hanya membantu mengatur distribusi JBT Solar tetapi juga mendukung indikator pertumbuhan ekonomi di daerah seperti Medan. Ketika kita berpartisipasi dalam melacak penggunaan bahan bakar, kita tidak hanya menjaga sumber daya kita; kita berkontribusi pada kesejahteraan keseluruhan ekonomi lokal kita.

Pada intinya, kegiatan pengawasan komunitas dan akuntabilitas bahan bakar lebih dari sekadar kata-kata; mereka mewakili dasar dari sistem distribusi bahan bakar yang adil dan benar. Kita harus merangkul peran kita sebagai peserta aktif dalam proses ini, demi kepentingan tetangga dan diri kita sendiri.

Continue Reading

Sosial

Masyarakat Dapat Meningkatkan Partisipasi Melalui Pelaporan Masalah Bahan Bakar

Salah satu cara masyarakat untuk memerangi penyalahgunaan bahan bakar adalah melalui peningkatan pelaporan, tetapi apakah masyarakat akan bangkit menghadapi tantangan tersebut?

community fuel issue reporting

Dalam beberapa bulan terakhir, kita telah menyaksikan peningkatan masalah penyalahgunaan bahan bakar di Bangka Belitung, yang membuat banyak anggota masyarakat mengungkapkan kekhawatiran mereka namun ragu untuk membuat laporan resmi karena takut akan anonimitas mereka. Kekhawatiran ini dapat dimengerti, mengingat implikasi dari melaporkan individu yang terlibat dalam aktivitas yang meragukan, seperti fenomena “pengerit” yang kita lihat di stasiun bensin lokal.

Individu-individu ini menjual kembali bahan bakar bersubsidi, yang tidak hanya menyebabkan antrian panjang tetapi juga menciptakan tantangan signifikan bagi mereka yang benar-benar membutuhkan diesel untuk mata pencaharian mereka.

Ombudsman Babel telah mencatat bahwa meski banyak keluhan yang diterima, banyak warga lebih memilih untuk meminta nasihat daripada membuat laporan resmi. Ini menyoroti kesenjangan penting dalam keterlibatan masyarakat. Kita semua tahu bahwa pemantauan dan pelaporan yang efektif terhadap masalah distribusi bahan bakar memerlukan upaya kolektif.

Jika kita, sebagai masyarakat, tidak bersuara, kita berisiko memperpanjang siklus penyalahgunaan yang merusak integritas sistem distribusi bahan bakar kita.

Alat untuk melapor sudah tersedia, termasuk saluran WhatsApp dan email yang disiapkan oleh Ombudsman. Sarana komunikasi modern ini dapat menawarkan kita lapisan anonimitas, memungkinkan kita untuk mengangkat suara kita tanpa takut akan pembalasan.

Namun, meskipun ada sumber daya ini, partisipasi masih kurang kuat. Sudah saatnya kita mengubah narasi tersebut. Dengan terlibat aktif dalam melaporkan penyalahgunaan bahan bakar, kita dapat menyoroti masalah yang mempengaruhi komunitas kita, memastikan bahwa subsidi yang dimaksudkan untuk kepentingan publik tidak disalahgunakan.

Bayangkan skenario di mana setiap dari kita berkontribusi dalam memantau distribusi bahan bakar. Setiap laporan yang kita ajukan dapat mengarah pada investigasi yang meminta pertanggungjawaban para pelaku yang salah. Pendekatan proaktif ini dapat mendorong transparansi dan akuntabilitas dalam jaringan distribusi bahan bakar kita, yang telah menjadi masalah sejak tahun 1970-an.

Kita dapat mendorong sistem di mana setiap orang memiliki akses yang sama terhadap bahan bakar, tanpa bayang-bayang eksploitasi di atas kepala kita.

Kita harus saling mendorong satu sama lain untuk mengambil langkah maju. Mari kita ciptakan budaya di mana melapor tidak dilihat sebagai mengadu, tetapi sebagai kewajiban sipil. Bersama-sama, kita dapat mengubah kekhawatiran kita menjadi tindakan dan memastikan bahwa suara kita didengar.

Bagaimanapun, komunitas yang bersatu adalah kekuatan yang besar melawan korupsi. Mari kita bekerja menuju Bangka Belitung di mana distribusi bahan bakar melayani semua orang secara adil, dan di mana keterlibatan masyarakat adalah batu penjuru kebebasan kolektif kita.

Continue Reading

Berita Trending

Copyright © 2025 The Speed News Indonesia