Lingkungan
Pengaruh Perubahan Iklim terhadap Ekosistem Laut Papua – Tindakan Konkret
Yuk, cari tahu bagaimana perubahan iklim mempengaruhi ekosistem laut Papua dan langkah konkret apa yang diperlukan untuk menghadapinya!

Anda mungkin bertanya-tanya bagaimana perubahan iklim membentuk kembali ekosistem laut Papua dan tindakan konkret apa yang diperlukan untuk mengatasi tantangan ini. Peningkatan suhu laut mengubah populasi ikan, berdampak pada perikanan lokal dan mata pencaharian. Untuk mengatasi hal ini, praktik perikanan berkelanjutan dan investasi dalam inisiatif karbon biru, seperti restorasi mangrove, sangat penting. Pengelolaan zona pesisir terpadu dapat lebih melindungi terhadap erosi dan kenaikan permukaan laut. Tetapi bagaimana Anda memastikan strategi ini efektif dan inklusif, memberdayakan masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam upaya konservasi? Jalan ke depan melibatkan strategi kolaboratif yang kompleks namun dapat dicapai.
Dampak Kenaikan Suhu Laut

Peningkatan suhu laut, yang telah naik dari 20,96°C pada tahun 2023 menjadi 21,06°C di awal 2024, menjadi perhatian yang mendesak bagi ekosistem laut. Tren pemanasan ini secara signifikan mempengaruhi kehidupan laut, terutama karena banyak spesies, termasuk ikan, terpaksa bermigrasi ke perairan yang lebih dingin.
Anda akan melihat bagaimana hal ini mengganggu rantai makanan lokal dan keanekaragaman hayati, karena pergerakan spesies dapat menyebabkan ketidakseimbangan dan persaingan di lingkungan baru.
Di Indonesia, yang menjadi tuan rumah bagi 37% spesies ikan dunia, perubahan ini menimbulkan risiko serius. Stabilitas populasi ikan, yang penting bagi mata pencaharian lokal, terancam, yang dapat menyebabkan tantangan ekonomi potensial.
Seiring dengan naiknya suhu laut, Anda akan menemukan bahwa terumbu karang, terutama di perairan Papua, mengalami peristiwa pemutihan. Fenomena ini mengkompromikan kesehatan terumbu, lebih lanjut mempengaruhi keanekaragaman hayati laut yang bergantung pada ekosistem yang hidup ini untuk bertahan hidup.
Kenaikan suhu laut yang sedang berlangsung menimbulkan ancaman jangka panjang, dan penting untuk memahami urgensi dalam menangani dampak ini. Tindakan yang segera dan terkoordinasi diperlukan untuk mengurangi risiko terhadap ekosistem laut dan menjaga keanekaragaman hayati yang penting untuk keseimbangan ekologi.
Dampak Sosioekonomi pada Komunitas Pesisir
Ketika suhu laut terus meningkat, konsekuensinya melampaui dampak ekologis, sangat mempengaruhi struktur sosial ekonomi komunitas pesisir.
Di Papua, peningkatan suhu laut dan peristiwa cuaca ekstrem telah menyebabkan populasi ikan menurun. Sebagai anggota komunitas nelayan lokal, Anda mungkin menemukan sumber pendapatan utama Anda menyusut, menyebabkan tekanan keuangan. Migrasi spesies ikan, yang didorong oleh perubahan kondisi laut, mengganggu praktik penangkapan ikan tradisional, membuat Anda harus beradaptasi atau mencari mata pencaharian alternatif, yang tidak selalu mudah.
Kenaikan permukaan laut menimbulkan tantangan lain. Mereka mengancam infrastruktur, meningkatkan biaya perbaikan dan membebani ekonomi lokal yang sangat bergantung pada perikanan dan pariwisata. Bagi Anda, ini berarti potensi pengeluaran yang lebih tinggi dan daya tarik wisata yang berkurang, yang semakin mempengaruhi stabilitas ekonomi komunitas Anda.
Intrusi air asin memperburuk kesulitan ini dengan mengkompromikan sumber daya air tawar, memengaruhi kegiatan pertanian dan perikanan yang penting untuk kelangsungan hidup.
Selain itu, hilangnya ekosistem mangrove, yang menawarkan perlindungan alami terhadap badai, meningkatkan kerentanan komunitas Anda terhadap banjir dan erosi. Risiko yang meningkat ini semakin mempersulit masalah sosial ekonomi yang ada, memerlukan langkah-langkah proaktif untuk mengurangi dampak ini.
Memahami tantangan ini sangat penting dalam mengembangkan strategi untuk beradaptasi dan mempertahankan mata pencaharian pesisir di tengah perubahan iklim.
Pentingnya Ekosistem Karbon Biru

Ekosistem karbon biru, termasuk mangrove, rawa garam, dan lamun, sangat penting untuk memerangi perubahan iklim karena kemampuan penyimpanan karbon mereka yang luar biasa. Anda mungkin terkejut mengetahui bahwa Indonesia memiliki sekitar 3,4 gigaton karbon biru, yang menyumbang 17% dari total global.
Di Papua, mangrove saja dapat menyimpan sekitar 950 MgC per hektar, dengan 424,13 ribu hektar memberikan kontribusi signifikan terhadap penyerapan karbon. Ini menjadikan mangrove di Papua sebagai komponen penting dalam upaya wilayah tersebut untuk mengurangi dampak perubahan iklim.
Menariknya, vegetasi pesisir seperti mangrove dapat menyimpan 77% lebih banyak karbon dibandingkan hutan daratan, yang menekankan perlunya melindungi area ini. Penyimpanan karbon biomassa di atas tanah di mangrove Papua diperkirakan mencapai 72,2 juta tCO₂e, mewakili 2,5% dari target pengurangan emisi Indonesia untuk sektor darat pada tahun 2030.
Data ini menyoroti peran penting ekosistem ini dalam mencapai tujuan iklim nasional.
Selain dari penyerapan karbon, ekosistem karbon biru meningkatkan keanekaragaman hayati laut, melindungi masyarakat pesisir dari cuaca ekstrem, dan memulihkan stok ikan. Ini mendukung mata pencaharian lokal, menekankan bahwa melestarikan ekosistem ini bukan hanya kewajiban lingkungan, tetapi juga sosial ekonomi.
Mengurangi Kenaikan Permukaan Laut
Kenaikan permukaan laut semakin mengancam ekosistem pesisir Papua, menimbulkan ancaman signifikan terhadap populasi mangrove dan meningkatkan kerentanan terhadap erosi dan banjir. Anda dapat membantu mengurangi dampak ini dengan berfokus pada tindakan lokal seperti memulihkan hutan mangrove.
Mangrove bertindak sebagai penghalang alami, mengurangi kekuatan gelombang pasang dan menawarkan perlindungan penting untuk garis pantai. Sistem akar mereka yang padat menstabilkan tanah, yang membantu mencegah erosi.
Selain itu, mengadopsi strategi adaptasi sangat penting. Anda harus mempertimbangkan untuk membangun infrastruktur yang tahan terhadap perubahan dan menerapkan praktik manajemen pesisir yang berkelanjutan. Pendekatan ini dapat secara signifikan menurunkan kerentanan komunitas pesisir terhadap tantangan yang ditimbulkan oleh kenaikan permukaan laut.
Mempertahankan dan meningkatkan pertahanan ini adalah kunci untuk keberlanjutan jangka panjang.
Berinvestasi dalam inisiatif karbon biru, seperti melestarikan dan memulihkan lamun dan mangrove, adalah langkah penting lainnya. Ekosistem ini tidak hanya meningkatkan penyimpanan karbon tetapi juga berperan penting dalam mengurangi emisi gas rumah kaca, sehingga mengatasi salah satu penyebab utama perubahan iklim.
Terakhir, terlibat dalam pemantauan dan penelitian berkelanjutan tentang perubahan permukaan laut lokal sangat penting. Dengan memahami dinamika ini, Anda dapat mengembangkan strategi mitigasi yang efektif dan disesuaikan yang mempertimbangkan faktor unik seperti penurunan tanah di lingkungan pesisir Papua.
Meningkatkan Ketahanan Komunitas

Komunitas pesisir di Papua menghadapi tantangan yang cukup besar karena ketergantungan mereka pada ekosistem mangrove yang rentan, sehingga langkah-langkah peningkatan ketahanan menjadi sangat penting. Dengan 378.774 individu yang bergantung pada ekosistem ini, penting untuk meningkatkan ketahanan terhadap dampak perubahan iklim. Mangrove di Papua menyimpan perkiraan 72,2 juta tCO₂e karbon biomassa di atas tanah, menawarkan peluang signifikan untuk pengurangan emisi. Penyimpanan karbon ini membantu mengurangi bencana yang disebabkan oleh iklim, yang pada akhirnya memperkuat ketahanan komunitas.
Upaya konservasi lokal, termasuk mengintegrasikan pengelolaan karbon biru ke dalam strategi iklim nasional, memainkan peran penting dalam mengurangi kerentanan. Dengan memprioritaskan strategi-strategi ini, komunitas dapat lebih baik bertahan dari kejadian cuaca ekstrem.
Selain itu, inisiatif pendidikan seperti Sekolah EcoDiplomacy memberdayakan kaum muda dengan pengetahuan penting tentang perubahan iklim. Program-program ini mendorong advokasi untuk praktik berkelanjutan, menumbuhkan ketahanan komunitas jangka panjang.
Pengelolaan Zona Pesisir Terpadu (ICZM) adalah komponen penting lainnya. Dengan membimbing pemerintahan lokal, ICZM berfokus pada daerah rawan bencana, mempromosikan pembangunan ekonomi berkelanjutan. Pendekatan ini tidak hanya menangani risiko langsung tetapi juga membangun fondasi untuk ketahanan di masa depan.
Strategi Iklim Kolaboratif
Strategi kolaboratif Indonesia dalam menghadapi tantangan iklim sangat penting dalam menangani tantangan multifaset yang dihadapi oleh komunitas pesisirnya. Sejak COP 25 pada tahun 2018, Indonesia telah aktif terlibat dengan UNFCCC, mengusulkan rencana komprehensif untuk menangani masalah perubahan iklim dan laut. Dengan mengintegrasikan tindakan berbasis ekosistem ke dalam pengelolaan maritim, Indonesia bertujuan untuk meningkatkan ketahanan ekosistem laut yang rentan dan mempertahankan mata pencaharian mereka yang bergantung pada perikanan dan pariwisata.
Upaya kolaboratif berfokus pada inisiatif adaptasi yang meningkatkan ketahanan lokal terhadap dampak iklim. Strategi-strategi ini mempromosikan praktik berkelanjutan di antara para pemangku kepentingan, memastikan bahwa komunitas pesisir lebih siap menghadapi tantangan di masa depan. Peraturan Organisasi Maritim Internasional mengenai pengurangan emisi sulfur dari kapal menegaskan komitmen Indonesia untuk mengurangi polusi maritim melalui kerja sama internasional.
Upaya Kolaboratif | Area Fokus Utama |
---|---|
Proposal UNFCCC | Isu perubahan iklim dan laut |
Tindakan Berbasis Ekosistem | Ketahanan ekosistem laut |
Inisiatif Adaptasi | Ketahanan terhadap dampak iklim lokal |
Peraturan IMO | Mengurangi polusi maritim |
Rencana aksi iklim yang terlokalisasi sangat penting. Mereka berfokus pada tujuan realistis yang memerlukan kolaborasi antara pemerintah dan komunitas untuk secara efektif mengatasi tantangan lingkungan tertentu. Dengan menerapkan strategi-strategi ini, Anda tidak hanya bekerja menuju masa depan yang lebih berkelanjutan untuk wilayah pesisir Indonesia tetapi juga menetapkan preseden untuk kerja sama lingkungan global.
Aksi Masa Depan untuk Keberlanjutan

Ketika Indonesia melihat ke masa depan, fokus pada keberlanjutan menjadi semakin penting. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) sudah menggabungkan strategi pengelolaan karbon biru, yang penting untuk mengurangi dampak perubahan iklim pada ekosistem pesisir. Anda dapat berperan dalam upaya ini dengan mendukung inisiatif konservasi lokal.
Di Papua, restorasi mangrove sangat penting untuk meningkatkan ketahanan terhadap perubahan iklim dan melindungi masyarakat.
Dengan potensi karbon biru yang diperkirakan mencapai 3,4 gigaton, vegetasi pesisir Indonesia sangat penting untuk penyerapan karbon dan mitigasi iklim. Anda dapat membantu memaksimalkan potensi ini dengan terlibat dalam dan mempromosikan kegiatan pelestarian lingkungan.
Upaya yang digerakkan oleh masyarakat, seperti penanaman pohon dan kampanye kesadaran, tidak hanya mendorong praktik berkelanjutan tetapi juga memperkuat struktur tata kelola lokal, memastikan bahwa upaya konservasi bersifat inklusif dan efektif.
Strategi Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu adalah kunci untuk pengembangan berkelanjutan di wilayah pesisir Papua. Dengan mengatasi kerentanan dan mempromosikan konservasi keanekaragaman hayati, strategi ini dapat meningkatkan ketahanan ekosistem.
Keterlibatan Anda dalam upaya ini dapat memastikan bahwa pembangunan seimbang dengan pelestarian ekologi, mengamankan masa depan yang berkelanjutan untuk ekosistem laut Papua. Terlibat dengan inisiatif ini akan membantu melindungi keanekaragaman hayati dan meningkatkan ketahanan masyarakat dalam menghadapi perubahan iklim.
Kesimpulan
Anda memiliki kekuatan untuk mengubah ekosistem laut Papua! Dengan mengadopsi praktik penangkapan ikan berkelanjutan, berinvestasi dalam proyek karbon biru, dan menerapkan manajemen zona pesisir terpadu, Anda dapat melawan dampak perubahan iklim terhadap lingkungan laut. Didik diri Anda dan komunitas Anda untuk menjadi penjaga laut, memastikan kelangsungan hidup banyak spesies. Upaya-upaya ini mungkin terasa seperti memindahkan gunung, tetapi tindakan Anda akan menciptakan masa depan yang tangguh dan berkelanjutan bagi keanekaragaman hayati laut Papua. Bersama-sama, Anda dapat membuat gelombang perubahan!
Lingkungan
Peringatan Dini dari BMKG Rabu, 30 April 2025: Daerah di Indonesia yang Perlu Diwaspadai Hujan Lebat
Ikuti peringatan dini BMKG tentang hujan deras di seluruh Indonesia, karena daerah-daerah kritis bersiap menghadapi potensi banjir dan tanah longsor—apakah Anda sudah siap?

Seiring kita bersiap menghadapi hari-hari mendatang, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan peringatan hujan lebat untuk Indonesia, memperkirakan cuaca ekstrem dari tanggal 30 April hingga 2 Mei 2025. Peringatan ini terutama disebabkan oleh ketidakstabilan atmosfer dan pengaruh Siklon Tropis 99W, yang diperkirakan akan memberikan dampak signifikan di berbagai wilayah di seluruh negeri kita.
Memahami potensi dampak curah hujan sangat penting bagi kita semua, terutama bagi mereka yang tinggal di daerah berisiko tinggi seperti Papua Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Pegunungan Papua.
Kita harus menyadari bahwa intensitas curah hujan tidak akan sama di seluruh wilayah. Sebaliknya, kita kemungkinan akan mengalami hujan lebat singkat, disertai angin kencang dan kilat petir, terutama di Nusa Tenggara Timur dan Papua Selatan. Variasi kondisi cuaca ini menuntut perhatian kita.
Sangat penting bagi kita untuk mempersiapkan diri dengan baik, karena BMKG mendesak warga di daerah terdampak untuk tetap mendapatkan informasi melalui saluran resmi. Kita harus prioritaskan kesiapsiagaan cuaca guna mengurangi potensi bahaya yang mungkin timbul dari cuaca ekstrem ini.
Hujan lebat yang akan datang berpotensi menyebabkan banjir dan tanah longsor, terutama di daerah yang rentan terhadap kondisi tersebut. Kita perlu mengambil langkah proaktif untuk melindungi diri dan komunitas kita. Ini termasuk mengamankan rumah, menyiapkan perlengkapan darurat, dan memastikan akses kita terhadap pembaruan informasi dari BMKG secara tepat waktu.
Dengan menjadi warga yang terinformasi dan siap siaga, kita dapat secara signifikan mengurangi dampak buruk dari curah hujan yang diperkirakan akan terjadi.
Selain itu, kita juga perlu mempertimbangkan dampak yang lebih luas dari kejadian cuaca seperti ini. Hujan lebat dapat mengganggu transportasi, komunikasi, dan layanan penting lainnya. Ini bukan hanya tentang keselamatan kita; ini tentang menjaga keberlangsungan hidup kita selama masa-masa sulit ini.
Saat kita menghadapi tantangan ini, mari kita juga ingat untuk saling mendukung. Kesiapsiagaan komunitas sangat penting. Kita dapat mengorganisasi kelompok lokal untuk berbagi informasi, membantu mereka yang membutuhkan, dan memastikan bahwa semua orang sadar akan risiko serta langkah-langkah yang harus diambil.
Lingkungan
Gas Tajam di Bekasi Sebabkan Warga Kesulitan Bernapas
Tepat ketika penduduk Bekasi berpikir malam mereka akan tenang, bau gas misterius membuat mereka terengah-engah mencari jawaban dan keselamatan. Apa yang akan terjadi selanjutnya?

Apa yang bisa menyebabkan bau seperti gas yang mengganggu komunitas di Mustika Jaya, Medan Satria, dan Bekasi Utara? Pada malam 18 April 2025, bau yang menusuk ini melanda lingkungan kami, membuat banyak dari kami merasa tidak nyaman dan khawatir.
Laporan datang dari teman dan keluarga kami, mendetailkan gejala seperti sesak napas, pusing, dan mual. Menjadi jelas bahwa bau tersebut lebih dari sekedar ketidaknyamanan; itu adalah ancaman potensial bagi kesejahteraan kami.
Dengan bau yang menyerupai Gas Petroleum Cair (LPG) atau bensin, kepanikan cepat menyebar di antara kami. Kami menanyakan apakah kami menghadapi kebocoran gas, dan apa efek kesehatan yang mungkin timbul dari situasi yang mengganggu ini. Bagaimana sesuatu yang begitu mengganggu dan mengkhawatirkan bisa muncul tanpa penjelasan yang jelas? Kebingungan hanya meningkatkan kecemasan kami saat kami menunggu jawaban dari otoritas lokal.
Pemerintah Kota Bekasi, bersama dengan PGN (Perusahaan Gas Negara), langsung bertindak, meluncurkan investigasi untuk mencari sumber bau busuk ini. Kami mengapresiasi upaya mereka, tetapi ketiadaan kebocoran yang dikonfirmasi membuat kami masih memiliki pertanyaan dan ketakutan tentang keselamatan kami.
Sementara itu, mereka menyarankan kami untuk tetap di dalam ruangan untuk meminimalkan paparan sementara mereka menilai kualitas udara di daerah kami. Ini adalah tindakan pencegahan yang diperlukan, tetapi juga terasa mengisolasi, karena kami merindukan kebebasan untuk bernapas dengan bebas tanpa rasa takut.
Seiring berlangsungnya investigasi, kami tidak bisa tidak menghubungkan titik-titik antara bau seperti gas dan kesehatan kami. Gejala yang kami alami bukanlah sekadar kebetulan; mereka sejalan dengan efek kesehatan yang diketahui dari paparan gas. Ketidaknyamanan setiap orang menambah kecemasan kolektif kami, saat kami berbagi pengalaman dan kekhawatiran kami.
Ini adalah pengingat yang tegas tentang betapa saling terhubungnya kami sebagai komunitas, terutama saat menghadapi potensi bahaya lingkungan.
Kami tetap berharap bahwa otoritas lokal akan mengidentifikasi sumber bau ini dan meredakan risiko apa pun terhadap kesehatan kami. Kami berhak hidup dalam lingkungan yang aman, bebas dari ketakutan akan kebocoran gas atau zat berbahaya lainnya yang bisa membahayakan kesejahteraan kami.
Saat kami menunggu jawaban, mari kita terus mendukung satu sama lain dan membela kesehatan kami, berdiri bersatu dalam pencarian kami untuk kejelasan dan keselamatan.
Lingkungan
Banjir Merendam Empat Distrik di Kabupaten Bandung, Ratusan Penduduk Mengungsi
Banjir dahsyat di Kabupaten Bandung memaksa ratusan orang untuk mengungsi, mengungkapkan kerentanan kritis dalam infrastruktur dan kesiapsiagaan komunitas yang memerlukan perhatian segera.

Apa yang terjadi ketika hujan lebat bertemu dengan infrastruktur yang rentan? Di Kabupaten Bandung, kami menyaksikan pertemuan yang tidak menguntungkan ini pada 15 Maret 2025, ketika hujan tanpa henti menyebabkan banjir besar di sembilan desa yang mencakup empat kecamatan: Bojongsoang, Dayeuhkolot, Rancaekek, dan Margaasih. Dalam hitungan jam saja, kenaikan tingkat air memaksa 237 keluarga—yang terdiri dari 551 individu—untuk mengungsi dari rumah mereka, menghadapi kedalaman air yang bervariasi antara 10 hingga 120 sentimeter. Peristiwa ini dengan tegas menyoroti pentingnya kesiapan menghadapi banjir dan ketahanan komunitas di hadapan bencana alam.
Dampak setelah banjir mengungkapkan sejauh mana kerusakan tersebut. Sebanyak 361 rumah terdampak, dan tiga jalan akses vital terendam, yang mempersulit upaya penyelamatan dan bantuan. Runtuhnya satu tanggul sungai tidak hanya menambah kesulitan kami tetapi juga memunculkan pertanyaan kritis mengenai kemampuan infrastruktur untuk bertahan dalam kondisi cuaca ekstrem.
Saat kita merenungkan bencana ini, jelas bahwa ketergantungan kita pada sistem yang ada harus diiringi dengan pendekatan proaktif terhadap kesiapan menghadapi banjir.
Sebagai respons terhadap kekacauan, pusat evakuasi segera beraksi di masjid lokal dan pusat komunitas, menawarkan perlindungan dan dukungan bagi mereka yang terlantar. Mobilisasi cepat ini menggambarkan kekuatan ketahanan komunitas, saat tetangga bersatu untuk merawat satu sama lain di saat krisis.
Namun, fakta tetap ada: kita perlu melakukan lebih dari sekadar bereaksi. Kita perlu menumbuhkan budaya kesiapsiagaan yang memberdayakan setiap warga untuk membekali diri dengan kit bencana darurat dan strategi untuk bertahan hidup dalam kejadian banjir di masa depan.
Air banjir mulai surut pada 16 Maret, tetapi bahaya tidak menghilang dalam semalam. Otoritas mendesak warga untuk tetap waspada terhadap kemungkinan banjir susulan, menekankan bahwa keselamatan kolektif kita bergantung pada kesadaran dan kesiapsiagaan kita.
Ini adalah panggilan bangun bagi kita semua. Kita harus proaktif dalam memahami kerentanan kita dan mendorong perbaikan infrastruktur.
Saat kita menganalisis peristiwa di Kabupaten Bandung, kita harus bertanya pada diri sendiri: bagaimana kita dapat membangun komunitas yang lebih tangguh? Dengan memprioritaskan kesiapan menghadapi banjir, berinvestasi dalam perbaikan infrastruktur, dan memperkuat ikatan komunitas, kita tidak hanya dapat pulih dari bencana tetapi juga muncul lebih kuat.
Pada akhirnya, kebebasan untuk hidup aman dan nyaman di rumah kita bergantung pada upaya kolektif kita untuk bersiap menghadapi sifat lingkungan yang tidak dapat diprediksi. Mari kita ambil kesempatan ini untuk belajar, berkembang, dan bertindak.
-
Politik2 bulan ago
Memelihara Integritas: Pemimpin Regional PDIP Memilih untuk Memblokir Retret Kontroversial
-
Uncategorized4 bulan ago
Pembunuh Satpam di Bogor Memberikan Rp 5 Juta untuk Menyuruh Saksi Diam
-
Lingkungan3 bulan ago
Diskusi Hutan Lindung: Raja Juli Menanggapi Usulan di PSN PIK 2
-
Olahraga4 bulan ago
Tim Nasional Indonesia Lolos ke Piala Dunia 2026? Ini yang Perlu Anda Ketahui
-
Teknologi2 bulan ago
Kerjasama Strategis, Sat Nusapersada dan Apple Dukung Teknologi Keberlanjutan
-
Kesehatan4 bulan ago
Manfaat dan Risiko Penggunaan Daun Kratom yang Perlu Anda Ketahui
-
Olahraga4 bulan ago
Kesalahan Onana, Brighton Amankan 3 Poin dari MU di Old Trafford
-
Tradisi4 bulan ago
Peran Generasi Muda dalam Melestarikan Tradisi Papua